Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 2 : Mata Pencaharian Masyarakat Arab Sebelum Islam

Mata Pencaharian Masyarakat Arab Sebelum Islam
Pasar Arab. Foto: The National (islampos.com)

Di manakah tempat tinggalmu? Apakah kamu tinggal di kota atau di desa? Tentu kamu sudah mengetahui bahwa ada orang yang tinggal di kota dan ada pula yang tinggal di desa-desa. Demikian juga dengan bangsa Arab jahiliyah. Mereka juga ada yang tinggal di kota dan ada pula yang tinggal di desa.

Penduduk yang tinggal di kota disebut suku Hadary, artinya penduduk yang menetap di kota. Mata pencaharian mereka adalah berdagang. Sedangkan penduduk pedesaan disebut suku Badawi (Badui) yang suka berpindah-pindah tempat. Golongan penduduk inilah yang terbesar jumlahnya dibandingkan dengan penduduk lainnya. 

Mata Pencaharian Masyarakat Arab Sebelum Islam

Mata pencaharian masyarakat ARab sebelum Islam adalah bertani dan beternak. Secara garis besar, mata pencaharian atau pekerjaan masyarakat Arab jahiliyah antara lain:

A. Beternak 

Beternak menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui. Mereka berpindah-pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau padang rumput. Mereka mengkonsumsi daging dan susu dari ternaknya, serta membuat pakaian dari bulu domba. Jika telah terpenuhi kebutuhannya, mereka menjualnya kepada orang lain. Orang kaya dikalangan mereka dinilai dan terlihat dari banyaknya hewan ternak yang dimilikinya. Binatang ternak yang mereka pelihara terutama adalah biri-biri, kambing, dan unta.

Selain Arab Badui, sebagian masyarakat perkotaan yang menjadikan beternak sebagai sumber penghidupan. Ada yang menjadi penggembala ternak milik sendiri, ada juga yang menggembala ternak orang lain. Seperti Nabi Muhammad Saw., ketika tinggal di Bani Sa’ad beliau seorang penggembala kambing. Begitu juga Umar bin Khattab, Ibnu Mas’ud dan lainlain. 

B. Bertani

Jazirah Arab di sebagian besar daerahnya berupa padang pasir yang luas. Keadaan di padang pasir itu sangat panas dan gersang. Di padang pasir hampir tidak ada pohon-pohonan. Tetapi ada juga sebagian yang tanahnya subur. Lahan yang subur itu terletak di lembah-lembah yang terdapat mata air (oase) dan sering turun hujan. Suku Arab yang mendiami lembah yang subur itu mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Tanah pertanian mereka antara lain sayuran dan buah-buahan. Hasil pertanian itu kemudian dijual ke kota-kota, seperti Makkah dan Madinah.

Adapun masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah subur, seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar atau yang lainnya, mereka menggantungkan sumber kehidupan pada pertanian. Meskipun wilayah Arab dikelilingi lautan pada ketiga sisinya, namun wilayah ini nyaris tidak mempunyai sungai, jika ada hanyalah sungai kecil yang tidak berfungsi sebagai sarana pelayaran. Andaikan cukup curah hujan maka sudah pasti wilayah ini sangat subur untuk menghasilkan kopi, kurma, gandum dan buah-buahan lainnya.

Kurma merupakan tanaman primadona di wilayah Arab. Ia sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, baik mereka yang kaya maupun miskin. Sebab tanpa pohon kurma maka kehidupan di padang pasir akan semakin terasa sangat menderita. Pohon kurma sendiri di tanah Arab memiliki banyak kegunaan. Buahnya merupakan makanan tetap masyarakat Arab, bijinya sebagai persediaan untuk makanan unta, sarinya yang dicampur dengan susu merupakan minuman yang khas bagi masyarakat Badui, batang kayunya digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak, sedangkan daunnya digunakan untuk membuat atap rumah, kemudian serabut pada dahannya digunakan sebagai tali tambang. Karena itu, pohon kurma selalu menjadi pujaan dan impian orang-orang Badui yang sepanjang kehidupan mereka kekurangan air dan buah-buahan.

Pada wilayah-wilayah pesisir pantai banyak menghasilkan buah dan sayur-sayuran. Yaman merupakan wilayah tersubur di Jazirah Arab yang menghasilkan gandum dan kopi. Pertanian mereka menggunakan sistem tadah hujan. Sedangkan jagung dan padi tumbuh subur di beberapa wilayah Oman, sedangkan di Hadramaut dan Mahra utamanya menghasilkan palawija. Hasil-hasil pertanian inilah yang menjadi komoditas perdagangan di Arabia.

C. Berdagang 

Suku-suku Arab yang tinggal di kota seperti Makkah dan Madinah, mayoritas bekerja sebagai pedagang. Perdagangan di kota Makkah dan Madinah pada zaman Jahiliah sudah maju. Mereka berdagang bahkan sampai ke luar negeri. Perjalanan dagang mereka dilakukan dengan berjalan kaki, naik unta, atau naik kuda. Negeri tujuan mereka antara lain Syam (Syiria), Yaman, Persia, Habsy, dan Mesir. Negeri-negeri itu sangat jauh dari Makkah. Mereka harus berjalan melewati padang pasir yang luas selama berhari-hari.

Biasanya mereka berangkat secara berombongan untuk menghindari perompak di perjalanan. Rombongan pedagang itu disebut kafilah. Mereka pergi berdagang kadang berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Barang dagangan mereka antara lain kemenyan, kain sutra, barang logam, kulit, dan minyak wangi. Sewaktu kembali, mereka membawa gandum, minyak zaitun, beras, jagung, dan pakaian untuk dijual di kota Makkah dan Madinah. Pusat perdagangan yang terkenal di Makkah adalah pasar ‘Ukazh yang terletak di dekat Ka’bah, pasar Dzil Majad, dan pasar Majnah. 

Suku Quraisy merupakan penduduk Makkah yang memegang peranan dalam perniagaan di jazirah Arab. Mereka mendapat pengalaman perniagaan dari orang-orang Yaman yang pindah ke Makkah. Orang-orang Yaman terkenal keahliannya di bidang perniagaan. Selain itu, kota

Makkah memiliki Ka’bah sebagai tempat orang-orang di jazirah Arab melaksanakan ziarah atau ibadah haji setiap tahunnya.

Kebiasaan orang-orang Quraisy mengadakan perjalanan perdagangannya ke daerah-daerah lain, Allah Swt. mengabadikan perjalan dagang mereka sebagai perjalanan dagang yang sangat penting dalam dunia perekonomian khususnya di jazirah Arab. Yaitu perjalanan musim dingin menuju Yaman, dan perdagangan musim panas ke negeri Syam.

Pusat perdagangan seperti pasar-pasar tidak sekedar sebagai tempat jual beli, tetapi juga menjadi pusat peradaban, kekayaan bahasa dan transaksi-transaksi global. Bahasa Arab orangorang Quraisy pada saat itu menjadi bahasa yang paling mudah diucapkan, paling enak didengar serta paling kaya perbendaharaan kata dan maknanya.

Dalam bidang ekonomi, riba sudah lazim dan dipraktekkan di jazirah Arab. Bahkan mekah sebagai pusat sudah terpengaruh sistem riba. Hal ini biasa terjadi karena terpengaruh dengan system perdagangan yang dilakukan oleh bangsa lain. Adapun alat transportasi utama saat itu adalah unta, yang dianggap sebagai perahu padang pasir, unta merupakan kendaraan yang menakjubkan. Unta memiliki kekuatan yang Tangguh, mampu menahan haus dan mampu menempuh perjalanan yang sangat jauh. Unta-unta ini pergi membawa barang dagangan dari satu negeri ke negeri lainnya untuk diperjualbelikan.

Kesimpulan

Penduduk yang tinggal di kota disebut suku Hadary, artinya penduduk yang menetap di kota. Mata pencaharian mereka adalah berdagang. Sedangkan penduduk pedesaan disebut suku Badawi (Badui) yang suka berpindah-pindah tempat.

Peternakan menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui. Mereka berpindah-pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau padang rumput. Mereka mengkonsumsi daging dan susu dari ternaknya, serta membuat pakaian dari bulu domba.

Masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah subur, seperti Yaman, Thaif, Madinah, Najd, Khaibar atau yang lainnya, mereka menggantungkan sumber kehidupan pada pertanian.

Para Kafilah Arab melakukan perjalanan niaga pada musim dingin menuju Yaman, dan perniagaan musim panas ke negeri Syam.

Demikian rangkuman rateri SKI Kelas 3 MI bab 2 : Mata Pencaharian Masyarakat Arab Sebelum Islam. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Posting Komentar untuk "Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 2 : Mata Pencaharian Masyarakat Arab Sebelum Islam"