Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 3: Agama Dan Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam

Agama Dan Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam

Pemahaman tentang agama dan kepercayaan masyarakat Arab pra-Islam memberikan kita wawasan tentang pemikiran dan pandangan dunia mereka. Kita dapat mempelajari tentang sistem kepercayaan mereka, simbol-simbol yang digunakan, dan praktik keagamaan yang mereka lakukan. Ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan kita tentang sejarah, tetapi juga membantu kita menghargai keragaman budaya dan keberagaman manusia.

Dalam konteks pembelajaran tentang agama dan kepercayaan masyarakat Arab pra-Islam, penting untuk menjaga sikap yang objektif dan menghormati perbedaan keyakinan. Kita dapat belajar dari perspektif-perspektif yang berbeda dan melihat kesamaan yang mungkin ada di antara agama dan kepercayaan tersebut.

Marilah kita mengikuti pelajaran ini dengan pikiran terbuka, lapang dada, dan niat yang baik. Dalam proses ini, kita dapat memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah manusia dan menghormati perjalanan spiritual yang dilakukan oleh orang-orang Arab pra-Islam.

Dengan pengetahuan ini, semoga kita dapat membangun jembatan pemahaman dan toleransi antara berbagai agama dan kepercayaan di dunia saat ini.

A. Agama yang Dianut Masyarakat Arab Sebelum Islam

Dalam sejarah lampau, masyarakat Arab sudah mengenal nama Allah sebagai sesuatu yang layak disembah, dan zat yang maha terpuji. Ajaran ini adalah agama tauhid (agama Hanif) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. kemudian dilanjutkan oleh puteranya Nabi Ismail a.s. perjalanan hidup Nabi Ibrahim bersama istrinya Siti Hajar, dan putranya yaitu Nabi Ismail a.s, membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan Islam yang sampai sekarang terpelihara, seperti Ka’bah, maqam Ibrahim, Hijr Ismail, dan peristiwa qurban. Bahkan proses perjalanan kehidupan keluarga ini diakui oleh umat Islam dalam salah satu rukun haji.

Berawal dari seorang yang bernama Amru bin Luhai seorang pembesar suku Khuza’ah yang melakukan perjalanan ke daerah Balqa di negeri Syam (Syiria). Dia melihat penduduk kota Dia melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Dia tertarik untuk mempelajari dan mempraktikkannya di Makkah. Maka terciptalah penyimpangan-penyimpangan dari ajaran Hanif yang telah lama di bawa oleh Nabi Ibrahim.

Zaman sebelum datangnya agama Islam kepada bangsa Arab disebut zaman Jahiliah, artinya zaman kebodohan atau kegelapan. Maksudnya manusia pada zaman itu tidak menggunakan akal pikirannya untuk mengikuti ajaran yang benar. Mereka hanya mengikuti keinginan nafsu dan kesenangannya.

Adapun faktor-faktor penyebab penyimpangan tersebut adalah:

  • Kecenderungan yang kuat mengagungkan leluhur yang telah berjasa terutama kepala kabilah nenek moyang mereka.
  • Rasa takut yang kuat menghadapi kekuatan alam yang menimbulkan bencana mendorong mereka mencari kekuatan lain di luar Allah Swt.
  • Adanya kebutuhan terhadap Tuhan yang selalu bersama mereka terutama saat mereka membutuhkan.

B. Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam 

1. Menyembah Berhala

Patung berhala yang diberi nama Hubal dan diletakkan di Ka’bah. Berhala Hubal menjadi pimpinan berhala lainnya seperti Latta, `Uzza dan Manāt. Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di Kabah, kemudian Latta berhala yang paling tua ditempatkan di Thaif, ‘Uzza ditempatkan di Wadi Nakhlah, Hijaz, dan patung Manat ditemptakan di Yaśrib (Madinah).

Dia Amru bin Luhay mengajarkan kepada masyarakat Makkah cara menyembah berhala. Sehingga masyarakat menyakini bahwa berhala adalah perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Sejak itulah mereka mulai membuat berhala-berhala sehinga mencapai

360 berhala yang diletakkan mengelilingi Ka’bah. Mulailah kepercayaan baru masuk ke masyarakat Makkah dan kota Makkah menjadi pusat penyembahan berhala.

Ketika melaksanakan haji, bangsa Arab melihat berhala-berhala di sekitar Ka’bah. Mereka bertanya alasan menyembah berhala. Para Pembesar menjawab bahwa berhala-berhala tersebut merupakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah itu, mereka kembali ke daerahnya dan meniru cara ibadah masyarakat Makkah. Mulailah kepercayaan baru menyebar di jazirah Arab.

Padahal, patung-patung tersebut jika ditendang atau dipukul tidak bisa membela diri karena patung-patung tersebut benda mati.

2 . Menyembah Bintang

Ada masyarakat Arab jahiliah yang percaya bahwa benda-benda di angkasa seperti matahari, bulan, dan bintang mempunyai kekuatan. Oleh karena, mereka memuja dan menyembah benda-benda itu. Mereka menengadahkan tangan ke langit seraya bermohon agar diberi rezeki dan keselamatan.

3 . Menyembah Malaikat

Kita umat Islam beriman kepada adanya malaikat, tetapi tidak untuk dijadikan tuhan atau sesembahan. Di antara masyarakat ada juga yang memuja malaikat. Mereka percaya malaikat itu adalah putra-putri Tuhan, sehingga mereka menyembahnya seperti menyembah Tuhan. Malaikat hanyalah salah satu ciptaan Allah Swt., malaikat hanya melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan Allah. Oleh sebab itu, malaikat bukanlah Tuhan yang harus disembah dan bukan pula putra-putri Tuhan.

4 . Menyembah Jin, Roh dan Hantu

Pemujaan terhadap jin, roh dan hantu, yaitu dengan mengurbankan hewan ternak. Hewan itu dipersembahkan kepada jin, roh, atau hantu agar menyelamatkan mereka dari bencana dan tidak mengganggu.

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad dari Ibnu Abbas, yang berbunyi: “Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh a.s. merupakan patung-patung yang disembah pula di kalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembahkan oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Huzail. Yagus sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”

Adapun Ya’uq adalah sesembahan Suku Hamdan. Nasr sesembahan suku Ḥimyar dan keluarga Żikila’. Padalah nama-nama itu adalah nama-nama orang saleh di jaman Nabi Nuh a.s. Setelah mereka wafat, setan membisikkan kaum yang saleh supaya dibuat patung-patung untuk menghormati roh-roh mereka di tempat-tempat pertemuan, dan menamainya sesuai dengan nama-nama mereka. Patung-patung itu tidak disembah sebelum orang-orang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang. Dari situlah, penyembahan terhadap berhala-berhala dan rohroh leluhur mulai.

Rangkuman        

Masyarakat Arab sudah mengenal nama Allah sebagai sesuatu yang layak disembah, dan zat yang maha terpuji. Ajaran ini adalah agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. kemudian dilanjutkan oleh puteranya Nabi Ismail a.s.

Berawal dari seorang yang bernama Amru bin Luhai seorang pembesar suku Khuza’ah yang membawa patung berhala, dari hasil perjalanananya ke daerah Balqa di negeri Syam (Syiria).

 zaman Jahiliah, artinya zaman kebodohan atau kegelapan. Maksudnya manusia pada zaman itu tidak menggunakan akal pikirannya untuk mengikuti ajaran yang benar.

Mereka hanya mengikuti keinginan nafsu dan kesenangannya.

Hubal yakni berhala yang terbuat dari batu akik berwarna merah dan berbentuk manusia. Hubal, dewa mereka yang terbesar diletakkan di Kabah.

Masyarakat Arab jahiliyah juga menyembah, benda laingit, malaikat, menyembah jin, roh leluhur dan hantu.

Demikian rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 3: Agama Dan Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam kami bagikan, semoga ada manfaatnya dan terima kasih.

Posting Komentar untuk "Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 3: Agama Dan Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam"