Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna dan Perkembangan Kaligrafi Islam

Bagi Anda pencinta kaligrafi pasti tau bagaimana contoh-contoh kaligrafi yang beredar. Namun Tahukah anda apa makna dan bagaimana perkembangan kaligrafi itu sendiri. Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang makna dan perkembangan kaligrafi islam. simak ulasan berikut ini.
kaligrafi pasir
Koleksi Pribadi

MAKNA KALIGRAFI

Kaligrafi adalah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah. Kata kaligrafi (bahasa inggris : Caligraphy) berasal dari bahasa Latin kalios yang berarti “indah” dan graph yang berarti “tulisan” atau “aksara”. Gabungan arti seluruhnya menjadi “tulisan indah”atau ‘aksara indah’ (akraindah), ‘kepandaian menulis elok’, atau tulisan elok’. Penulisnya disebut kaligrafer. Bahasa arab menyebutnya khat yang berarti ‘garis’ atau ‘tulisan indah’ (al-kitabah al-jamilah). Penulisnya disebut khattat.

Menurut Syeikh Syamsuddin al-Akfani dalam kitabnya Irsyad al-Qasid disebutkan bahwa “kaligrafi/khat adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk anatomi huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara merangkainya menjadi komposisi tulisan yang bagus, atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan mana pula yang tidak perlu digores; menentukan mana-mana yang perlu digubah dan dengan metode bagaimana menggubahnya”. 

Lebih jauh seni kaligrafi juga harus pula dilihat dari segi sudut ‘keindahan rasa’ yang dikandungnya, seperti diungkapkan Yaqut al-Musta’shimi, kaligrafer kenamaan dimasa akhir Daulah Bani Abbas ;

“kaligrafi adalah seni arsitektur rohani yang lahir melalui perabot kebendaan”.

Dalam banyak ungkapan, kaligrafi atau khat sering disebut lisan al-yadd atau ‘lidahnya tangan’ karena dengan tulisan itulah tangan bicara. Sebuah siloka melukiskan bahwa kaligrafi sebagai :
  • - Kecantikan rasa - pembicaraan jarak jauh
  • - Duta akal - penyimpanan rahasia
  • - Penasehat pikiran - khazanah rupa-rupa 

KEDUDUKAN KALIGRAFI DALAM ISLAM

Kaligrafi sering disebut dengan istilah art of Islamic art (seninya seni Islam), yang mencerminkan kedudukannya yang tinggi melebihi seni-seni yang lain. Tingginya kedudukan tersebut disebabkan pula oleh anggapan bahwa seni kaligrafi adalah seni tauhid yang merupakan inti ajaran Islam. Ciri-cirinya menonjol dari penampilannya yang abstrak, yang karenanya kerap disebut ‘seni abstrak’ sehingga terjauh dari kemungkinan gambaran-gambaran yang menjurus kepada objek-objek syirik atau sesembahan seni patung, atau seni suara dan tari yang kerap merangsang hawa nafsu dan menimbulkan perbuatan maksiat.

Adapun dalil-dalil yang menerangkan tentang perintah membaca dan menulis terdapat pada al-Qur’an dan al-Hadits yaitu :
  1. QS. Al-Alaq : 4 -5
  2. QS. Al-Qalam : 1
  3. QS. Al-Kahfi : 109
  4. QS. Luqman : 27
(mengenai bunyi ayatnya dicari sendiri di Al-Qur’an masing-masing beserta terjemahannya)

Sedangkan dalam Hadits Rasulullah disebutkan :
“Kaligrafi yang indah akan menambah kebenaran tampak nyata”. (al-Hadits)

Sayyidina Ali RA menjelaskan tentang menulis ;
“haruslah bagi kamu untuk membaguskan tulisanmu karna sesungguhnya tulisan yang bagus itu merupakan pintu rizki”.

PERTUMBUHAN KALIGRAFI ISLAM

1. Zaman Awal Islam

Pada saat berasa di Hejaz, bnetuk pokok kaligrafi ada dua, 1) berbentuk keluk dan bundar (muqawwar wa mudawwar) dan 2) berbentuk memanjang dan lurus kejur atau kubis (mabsut wa mustaqim). 

Kufi yang berciri kubis termasuk kategori kedua, sedangkan kedalam kategori pertama tercakup tulisan kursif, yaitu jenis-jenis tulisan yang lentur atau plastis, yang tertua diantara kerap disebut Naskhi Hejazi. Namun, berbeda dengan Kufi, jenis –jenis kaligrafi kursif pada masa awal Islam sama sekali tidak populer karna tidak banyak digunakan.

2. Zaman Bani Umaiyah

Gaya-gaya kursif berkembang pesat mengalahkan kufi, sehingga akhirnya al-Qur’an tidak lagi disalin dengan kufi tetapi dengan gaya-gaya kursif. Dizaman Umaiyah (661-750), kaligrafer Qutbah al-Muharrir menciptakan empat gaya kaligrafi kursif penting, yaitu tumar, jalil, nisf, dan sulus, disusul kemudian sulusain, gaya-gaya tersebut bentuknya bermiripan karena masih merupakan saudara-saudara kembar.

3. Zaman Bani Abbas

Di zaman Bani Abbas (750- 1258 M), lahir para kaligrafer kenamaan seperti al-Dahak Ibnu Ajlan dan Ishak ibnu Hammad dari Syiria yang lebih mempopulerkan sulus dan sulusain. Murid Ishka yang bernama Yusuf al-Syajari (w. 1225 M) dibantu saudaranya Ibrahi al-Syajari menciptakan dua gaya kaligrafi yang lebih lembut yang disebut khafif Sulus dan Khafif Sulusain. Dua tulisan ini dinamakan pula Khat Ryasi, artiya kementrian karena digunakan secara resmi di kementerian negara.

Murid Ibrahim yang dikenal dengan julukan al-Ahwal al-Muharrir mengolah dan menyempurnakan model-model kaligrafi kursif menjadi 6 (enam) gaya yang sangat terkenal yang disebut al-Aqlam al-Sittah (pena enam atau tulisan enam, yaitu sulus, naskhi, muhaqqaq, raehani, riqa’, dan tauqi’. Al-Aqlam as-Sittah merupakan hasil temuan terbesar sepanjang sejarah kaligrafi, dan Riyas al-Ahwal berhasil juga menciptakan khat ghubar (debu) yang sangat lembut.

Tulisan enam mencapai puncak kejayaannya atas jasa besar kaligrafer Bagdad, Ibnu Muqlah yang dikenal sebagai Imam Khattain (Bapak Kaligrafi). Atas kejeniusan Ibnu Muqlah inilah tulisan enam bertambah populer setelah dibuatnya rumus kaligrafi berstandar (al-khat al-mansub) yang terdiri dari rumus dasar pengukuran bagi penulisan setiap huruf.

Murid-murid Ibnu Muqlah seperti Ibnu al-Simsimani dan Ibnu Asad al-Ghafiqi meneruskan tradisi guru mereka, namun murid mereka yang dikenal dengan Ibnu Bawwab telah sanggup menambah hakikat makna pada pekerjaan yang dirintis Ibnu Muqlah. Asil Ibnu Bawwab ini dinamakan al-mansub al-Faiq (Mansub yang elok rapi). Ibnu Bawwab diberi gelar Qalamullah Fi Ardhihi (pena Allah di bumi-Nya).

Satu abad berikutnya Yaqut al-Musta’shimi seorang kaligrafer Bani Abbas kelahiran Romawi yang bergelar Qiblat al-Kuttab (kiblat para penulis) berhasil merancang metode baru pembuatan kalam bamboo yang apik dengan potongan miring untuk menyempurnakan keelokan goresan tulisan enam, selain itu juga ia menciptakan khat Yaquti hasil olahan dari sulus, yang berkembang menjadi bentuk ornamental (hiasan) untuk penyalinan al-Qur’an dan manuskrip-manuskrip lainnya.

Posting Komentar untuk "Makna dan Perkembangan Kaligrafi Islam"