Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 7: Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW
A. Memahami Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad saw. berasal dari keluarga yang
disegani dan dihormati di kota Makkah, yaitu dari suku Quraisy keturunan Bani
Hasyim. Pada masa pengasuhan pamannya Abu Tholib, beliau mendapat amanah
membantu menyediakan air bagi orang yang datang ke Ka’bah untuk pemujaan
berhala. Walaupun demikian, ia tidak pernah mengikuti upacara pemujaan itu. Ia
merasa risau, gelisah terhadap kaumnya yang menyembah berhala. Oleh karena itu,
menjelang usia 40 tahun ia sering bertafakur, uzlah, mengasingkan diri merenung
dengan sungguh-sungguh.
Rasulullah saw. beruzlah untuk (tafakur)
memikirkan jalan keluar agar kaumnya tidak lagi berprilaku jahiliah, sesat
menyembah berhala. Tempat yang digunakan Nabi Muhammad untuk bertafakur adalah
gua Hira, terletak di gunung (Jabal) Nur sekitar 6 KM sebelah utara Masjidil
haram Kota Makkah.
Hal ini dilakukan Nabi Muhammad dengan tujuan
untuk menjauhkan jiwa dan raganya dari urusan keduniawian. Dengan bertafakur,
Muhammad juga terhindar dari pergaulan dengan orang-orang yang berakhlak buruk
prilaku jahiliah. Memang, sejak usia remaja Muhammad tidak suka bergaul dengan
orang yang senang mabuk-mabukkan, berjudi, foya-foya. Sehingga, jiwa dan raga
Muhammad senantiasa terjaga, selalu bersih dan suci.
Prilaku masyarakat Arab Jahiliah yang selalu
menggantungkan keberuntungan hidupnya kepada hal-hal takhayul, berhala-berhala,
menyembah benda langit, adalah prilaku yang sejak kecil oleh rasulullah
hindari, jiwa dan raganya selalu menolak dan terjaga dari prilaku-prilaku
tersebut. Maka, tidak heran sebelum menerima wahyu Muhammad lebih sering menyendiri
dan merenung beribadah seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s..
Gua Hira yang sempit dan gelap, dan jalan
menujunya pun sangat licin dan terjal, hanya orang yang memiliki keberanian dan
keteguhan hati yang mampu memasuki gua itu. Pada saat bertafakur, terkadang
Nabi Muhammad saw. membawa bekal makanan dari rumah supaya dapat tinggal lebih
lama. Jika bekal yang dibawanya habis, ia pulang ke rumah untuk mengambil bekal
yang sudah disiapkan oleh istrinya, Khadidjah. Setelah itu ia kembali lagi ke
gua Hira.
Saat bulan Ramadhan, beliau beruzlah sebulan
penuh berada di Gua Hira. Sebagai bekalnya beliau membawa tepung dan air yang
sudah disiapkan oleh Khadijah, istrinya. Selain untuk bekal, beliau juga
memberi makan orang-orang miskin yang datang kepadanya.
Uzlah dan tafakur yang dilakukan Nabi Muhammad
saw. adalah memikirkan dan merenungkan keadaan penduduk Makkah yang sesat dan
penuh maksiat. Cara beribadah seperti itu juga disebut dengan taḥannus, yaitu
beribadah selama beberapa malam dan menjauhkan diri dari dosa. Beliau
mengadukan kepada Allah Swt. tentang perbuatan masyarakat Arab yang jauh dari
adab manusia yang bermartabat. Mereka sering melakukan tindakan tercela, di
luar kemanusiaan, dan penuh kesesatan, . Nabi Muhammad saw. sangat prihatin
dengan keadaan tersebut dan berharap suatu ketika dapat memperbaikinya.
Melalui tafakur, Nabi Muhammad saw.
membersihkan hati. Pikirannya yang penuh dengan keprihatinan terhadap prilaku
masyarakat Makkah, dan niat suci bermunajat kepada Allah agar mereka mendapat
hidayah, menjadikan hatinya bersih serta tidak tercampuri urusan duniawi.
Sepanjang bulan Ramadhan, Muhammad menghabiskan waktunya untuk beribadah.
B. Nabi Muhammad saw. Menerima Wahyu Pertama
Ketika Nabi Muhammad saw. genap berusia 40
tahun, tampaklah tanda-tanda kerasulan pada dirinya, yaitu berupa mimpi yang
benar dan sering datang seperti fajar yang terang di pagi hari. Mimpi tersebut
ia alami selama enam bulan.
Sampai pada suatu malam beliau mengalami
peristiwa yang luar biasa. Tepatnya, pada tanggal 17 Ramadhan atau tanggal 6
Agustus 611 Masehi, Muhammad melihat cahaya terang benderang di gua Hira.
Dikisahkan bahwa malaikat Jibril muncul dengan cahaya membutakan di hadapan
Nabi Muhammad saw. ke mana pun beliau memandang. Jibril adalah malaikat yang
bertugas menyampaikan wahyu dari Allah Swt.. Saat itu Jibril muncul dalam wujud
manusia.
Malaikat Jibril datang dan berkata “Iqra!
(bacalah!).” Beliau (rasulullah) menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Kemudian
Malaikat Jibril merangkul Nabi Muhammad saw. sedemikian kuat dan kemudian
melepaskannya, dan berkata lagi “Iqra!” Beliau tetap menjawab bahwa beliau
tidak bisa membaca. Demikianlah sampai tiga kali sampai dengan rangkulan yang
kuat, sehingga Nabi Muhammad saw. sulit bernafas, dan Malaikat Jibril
memerintahkan, “Bacalah!” Muhammad menjawab, “Aku tidak bisa membaca!” dan
sewaktu menerima jawaban yang sama, Malaikat Jibril membimbing Nabi Muhammad
Saw. membaca surat Al-‘Alaq ayat 1-5, yang berbunyi: Artinya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
telah yang telah menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.
Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia.
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Sesudah mengalami peristiwa di atas, Nabi
Muhammad saw. keluar dari gua Hira dan turun dari Jabal Nur pulang dalam
kondisi ketakutan dan bingung. Beliau gemetar, ketakutan, badannya menggigil
dan berkeringat. Khadijah (istri Nabi Muhammad saw.) merasa heran melihat
kondisi suaminya karena selama ini belum pernah terjadi.Nabi Muhammad saw.
meminta istrinya untuk menyelimuti. Beliau berkata, “Selimutilah aku! Selimutilah
aku!”.Nabi Muhammad saw. menggigil seperti orang yang terkena demam. Khadijah
berusaha menenangkan Nabi Muhammad saw.. Setelah hilang rasa takutnya, Nabi
Muhammad saw.menceritakan semua yang dialaminya di gua Hira.
Usaha seorang istri untuk menenteramkan hati
sang suami Nabi Muhammad saw., Khadijah mengajak beliau untuk bertemu dengan
pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal adalah orang
Nasrani yang memiliki pengetahuan yang luas tentang isi kitab Taurat dan kitab
Injil. Waraqah berkata: “Yang datang kepadamu adalah An-Namus Al-Akbar
(malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa a.s.. Sesungguhnya engkau
adalah orang yang terpilih menjadi rasul Allah Swt.. Kaummu akan mengatakan
bahwa engkau penipu. Mereka akan memusuhimu, melawanmu, dan membuangmu. Sungguh,
bila aku masih hidup sampai waktu itu, aku akan membelamu”.
Peristiwa luar biasa penerimaan wahyu pertama
di gua Hira ini, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 611 M. Umat Islam
diperintahkan untuk selalu mengingat peristiwa tersebut agar dapat mengambil
hikmah yang terkandung dalam kejadian peristiwa tersebut. Tradisi peringatan
ini dilaksanakan pada malam ke-17 bulan Ramadhan yang biasa disebut peringatan
Nuzulul Qur’an.
C. Nabi Muhammad saw. Menerima Wahyu Kedua
Setelah mendapat nasihat dari Waraqah bin
Naufal, Nabi Muhammad saw. berharap menerima perintah selanjutnya. Namun
beberapa hari lamanya wahyu berikutnya tidak kunjung datang. Nabi Muhammad saw.
merasa cemas dan sedih. Beliau mulai ragu dengan apa yang dialaminya itu.
Beliau pun selalu datang ke Gua Hira itu sebagaimana kebiasaannya. Dalam
sejarah Islam masa terputusnya wahyu tersebut disebut dengan Fatratul Wahyi (masa
berselangnya wahyu).
Namun ketika Nabi Muhammad saw. sedang
berjalan di suatu tempat, tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari langit.
Suara itu makin dekat dan terdengar suara memanggil, “Ya Muhammad engkau adalah
utusan Allah.”
Nabi Muhammad saw. merasa takut sekali
mendengar suara itu. Beliau segera pulang dan minta diselimuti seperti dahulu.
Ketika sedang berselimut, suara tadi terdengar lagi dengan jelas membacakan
wahyu: “Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yan lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.” Wahyu tersebut adalah Surah Al Muddatsir: 1-7.
Ayat inilah yang mula-mula memerintahkan Nabi
Muhammad saw. menyeru manusia kepada agama Allah. Dengan demikan mulailah masa
permulaan dakwah agama Islam.
Kesimpulan
Rasulullah saw. beruzlah untuk (tafakur)
memikirkan jalan keluar agar kaumnya tidak lagi berprilaku jahiliah, sesat
menyembah berhala. Tempat yang digunakan Nabi Muhammad untuk bertafakur adalah
gua Hira, terletak di gunung (Jabal) Nur sekitar 6 KM sebelah utara Masjidil
haram Kota Mekah.
Tepatnya,
pada tanggal 17 Ramadhan atau tanggal 6 Agustus 611 Masehi, Muhammad melihat
cahaya terang benderang di gua Hira. Dikisahkan bahwa malaikat Jibril muncul
dengan cahaya membutakan di hadapan Nabi Muhammad saw. ke mana pun beliau
memandang. Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah
Swt.
Dalam sejarah Islam masa terputusnya wahyu
tersebut disebut dengan Fatratul Wahyi (masa berselangnya wahyu)
Demikian Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 7: Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Posting Komentar untuk "Rangkuman Materi SKI Kelas 3 MI Bab 7: Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW"
Posting Komentar