Khutbah Jumat: Iman, Islam, dan Perdamaian
![]() |
sumber : kemenag.go.id |
Khutbah Jumat:
Iman, Islam, dan Perdamaian
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ
السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ الضِّياَقَ
عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ
وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ
اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ
اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن
يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ
قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Pada kesempatan mulia ini, khatib berwasiat pada diri khatib sendiri dan
seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan menjadi bekal utama
dan sangat berharga saat kita bertemu dengan Allah swt kelak, dan orang yang
paling bertakwa akan mendapatkan posisi yang paling mulia di sisi Allah swt.
Selain menguatkan ketakwaan, sudah menjadi kewajiban kita untuk
senantiasa mengungkapkan dan meningkatkan rasa syukur kepada Allah swt yang
telah memberikan karunia Iman dan Islam, serta berbagai kenikmatan kehidupan
lainnya di dunia ini. Kenikmatan yang kita syukuri ini telah dijanjikan oleh
Allah swt akan ditambah. Sebaliknya jika kita mengufuri nikmat Allah, maka
balasan berupa siksa pedih dari Allah akan kita terima.
Kemudian dengan mensyukuri nikmat iman dan Islam ini, tidak
hanya akan memberikan nilai positif bagi diri kita sendiri, namun juga akan
memberikan kemaslahatan bagi orang lain. Di antara buah dari keteguhan iman dan
Islam adalah terwujudnya kebaikan dan kemaslahatan bagi orang lain yang
terwujud dalam bentuk perdamaian di kehidupan masyarakat.
Iman, Islam, dan perdamaian merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa terpisahkan. Jika seseorang memiliki iman dan Islam yang baik, maka bisa
dipastikan kedamaian akan menghiasi dan menaungi kehidupannya bersama
masyarakat.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Dilihat dari kata ‘Islam’ itu sendiri, para ulama memaknainya dengan arti
perdamaian sehingga Islam dan perdamaian adalah dua entitas yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Orang akan tergolong mengingkari nilai keislaman itu
sendiri jika tidak mengedepankan perdamaian dengan sesama umat Islam dan juga
seluruh manusia pada umumnya.
Allah swt berfirman dalam Surat Al-Bararah ayat 208:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu”
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Melalui ayat ini, Allah mengingatkan kepada manusia untuk tidak
setengah-setengah dalam masuk ke dalam agama Islam. Allah mengingatkan untuk
masuk pada agama Islam dengan kaffah (menyeluruh) yang di dalamnya juga terkait
bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam seperti
perdamaian. Dengan terwujudnya perdamaian dalam kehidupan, maka segala sektor
kehidupan akan dapat berjalan dengan baik seperti pembangunan dan termasuk juga
ketenangan dalam beribadah.
Kita bisa merasakan sendiri bagaimana nikmatnya beribadah di
tengah-tengah perdamaian yang jauh dari konflik dan peperangan. Jika saat ini
kita berada dalam situasi perang, maka bisa dipastikan kita tidak bisa
beribadah dengan tenang seperti ini. Oleh karenanya nikmat perdamaian yang
merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai Islam ini harus terus kita
pertahankan.
Bukan hanya mendapatkan efek positif dalam kehidupan dunia,
perdamaian juga merupakan sebuah sikap yang memiliki nilai pahala. Rasulullah
sendiri menyebutkan bahwa ketika seseorang mampu mewujudkan perdamaian, maka
pahalanya akan bisa melebihi pahala shalat, zakat, dan sedekah. Sebagaimana
ditegaskan oleh Rasulullah saw melalui hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dan At-Tirmizi:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ
مِنْ دَرَجَةِ الصَّلَاةِ، وَالصِّيَامِ، وَالصَّدَقَةِ؟ " قَالُوا: بَلَى.
قَالَ: " إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ. وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ
الْحَالِقَةُ
“Maukah jika aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama
dari derajat puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat berkata, Tentu ya
Rasulullah. Beliau bersabda: Mendamaikan orang yang sedang berselisih. Rusaknya
orang yang berselisih adalah pencukur (mencukur amal kebaikan yang telah
dikerjakan).”
Dari hadits ini kita bisa mengetahui bahwa Nabi Muhammad sangat
mendorong kita untuk mampu menjadi juru perdamaian. Hal ini selaras dengan misi
nabi yang merupakan penyempurna akhlakul karimah. Orang yang mengedepankan
perdamaian memiliki akhlak yang baik dengan memberi tauladan untuk menebar
kasih sayang dan menghindari permusuhan.
Terlebih di negara kita ini yang telah ditakdirkan oleh Allah
swt menjadi sebuah bangsa yang penuh dengan keanekaragaman suku, agama, budaya,
dan adat istiadat. Prinsip perdamaian dalam perbedaan harus terus kita pegang
dan semai bersama. Bukan hanya saat ini saja, namun para generasi penerus juga
harus mampu meneruskannya. Bukan kepada sesama umat Islam saja, namun kepada
seluruh masyarakat yang ada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita
perlu mengingat firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا
خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ
لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ
عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Oleh karenanya di penghujung khutbah ini, khatib berpesan, mari kita terus
pupuk perdamaian dalam kehidupan terlebih dengan orang-orang yang ada di
sekitar kita. Perdamaian yang mampu kita wujudkan ini menjadi sebuah bukti
nyata bahwa kita adalah orang yang benar-benar Islam dan juga orang yang
benar-benar beriman. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ
أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ
وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ
بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ
يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penulis: H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung
Sumber : Kemenag.go.id
Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat: Iman, Islam, dan Perdamaian"
Posting Komentar