Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SENI LUKIS

I.              Berkarya Seni Lukis


A.   Pengertian Seni Lukis

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan kata lain seni lukis adalah hasil curahan cita dan rasa dari subjek pencipta dengan menggunakan media karya yang berupa garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan ruang dalam bidang dua dimensi. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan. Dalam mengungkapan ide berkarya seni lukis dapat berupa bermacam-macam bentuk menurut gaya atau corak dan aliran serta kemampuan pelukisnya. Gaya atau corak lukisan tersebut, antara lain natural, dekoratif, ekspresif, pointilis (titik-titik), linier (garis-garis) dan bloking. Aliran seni lukis antara lain : klasikisme, romantisme, surealisme, dadaisme, abstraksionisme.

Karya yang mirip seni lukis terdiri dari, yaitu :
  1. Sketsa yaitu karya seni hasil goresan garis, atau warna secara spontas, cepat, tegas, penuh dinamika, dan hasilnya memiliki wujud kesan yang unik dan spesifik.
  2. Gambar  yaitu karya seni hasil tiruan objek alam dengan bentuk naturalistis dan mengalami sedikit perubahan dari objek asli (mirip potret).

B.   Sejarah Umum Seni Lukis

1.    Seni Lukis Zaman Prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.

2.    Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
·         Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
·         Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.

3.    Seni lukis zaman pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).

4.    Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah: Tomassi, Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo dan Raphael.

5.    Art nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.

C.   Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.
Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
Di antara pelukis yang terkenal Indonesia sebagai berikut :
·         Affandi
·         Agus Djaya
·         Barli Sasmitawinata
·         Basuki Abdullah
·         Djoko Pekik
·         Dullah
·         Ferry Gabriel
·         Hendra Gunawan

II.       Unsur dan Komposisi Seni Lukis

A.     Unsur-unsur Seni Lukis

1.    Garis

Garis merupakan unsur yang paling elementer di bidang Seni Rupa. Dengan hanya meletakkan posisi mata pensil di atas kertas dan selanjutnya digerakkan, maka jejak mata pensil itu akan menghasilkan garis. Oleh karenanya ada yang menyatakan bahwa garis adalah hubungan dua buah titik atau jejak titik-titik yang bersambungan atau berdempetan. Oleh karena itu garis dapat muncul secara rapi atau dapat juga muncul bergigi, bintik-bintik dan sebagainya, arah garis dapat menimbulkan garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag. dan garis dapat berposisi tegak, datar, dan melintang.

2.    Raut

Raut adalah tampang, potongan, bentuk suatu objek. Raut dapat terbentuk dari unsur garis yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk bidang. Raut juga berarti perwujudan atau perawakan dari suatu objek, dalam hal ini raut berarti bangun, atau dalam pengertian lain raut sering dipahami atau dikenal sebagai bentuk atau bidang. Penampilan raut dapat berujud sebagai (1) Raut Geometris, seperti segi tiga, segi empat, lingkaran. (2) Raut Organik atau Biomorfis seperti raut yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. (3) Raut Bersudut berarti raut yang terbentuk dengan banyak sudut atau berkontur garis zig-zag. (4) Raut Tak Beraturan, adalah jenis raut yang terbentuk secara kebetulan seperti tumpahan cat atau semburan cat dan sebagainya.

3.    Warna

Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nusansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis Warna Primer, warna sekunder, warna tersier. dan warna netral
Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain. seperti ( merah, kuning, biru ).
Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange.
Warna Tersier Adalah pencampuran dari dua warna sekunder. Sedangkan warna netral adalah
warna tidak bersinar atau gelap teridiri dari hitam dan putih.

4.    Tekstur

Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap oleh mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.

5.    Ruang

Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran ke dua lingkaran itu berbeda. Lingkaran besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan memberi kesan ruang yang jauh.

6.    Gelap Terang

Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi kesan gelap sementara goresan pensil yang ringan-ringan akan memberi kesan lebih terang. Gelap terang dalam gambar dapat dicapai melalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin gelap demikian sebaliknya.

B.     Komposisi Seni Lukis

Komposisi seni rupa terdiri dari :

a.      Komposisi Bidang dan Bangun Dasar

Komposisi adalah susunan atau perpaduan dari beberapa objek yang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan gambar yang harmoni. Tidak ada ketentuan yang sifatnya baku dalam komposisi gambar. Secara umum yang dipakai adalah taste atau rasa, secara umum komposisi gambar terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Komposisi Simetris
Komposisi simetris adalah komposisi yang membagi bidang gambar menjadi dua bagian yang sama persis.
2. Komposisi Asimetris
Di dalam teknik komposisi asimetris ini, penempatan objek cenderung lebih bebas dan dinamis tetapi tetap harus memakai prinsip keseimbangan agar tercipta komposisi yang baik, enak dan harmoni.

b.      Komposisi Bangun Dasar Tiga Dimensi

Prinsip di dalam teknik komposisi hampir sama dengan komposisi bidang datar dan cenderung menggunakan teknik komposisi asimetris dalam aplikasinya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komposisi gambar sebagai berikut.
1. Arah Objek
Objek benda harus digambar dengan masing-masing posisinya ke berbagai arah agar tercipta komposisi yang dinamis.
2. Irama
Objek-objek benda harus digambar dengan ukuran bervariasi, dari objek dengan berukuran besar, sedang, sampai kecil agar komposisi lebih kaya dan tidak monoton
3. Keseimbangan dan Harmoni
Bidang gambar harus dikuasai dengan memperhitungkan penempatan objek secara seimbang (balance) dan serasi (harmoni).
 

III.              Pengenalan Media dan Teknik Melukis

A.     Media Melukis

1.     Bahan-bahan yang digunakan untuk melukis

Beberapa bahan yang perlu disiapkan sebelum menggambar/melukis, adalah sebagai berikut :

a.   Arang

Adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
1.      Pemakaian
Batu arang yang digunakan sebagai bahan bakar. Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Ia juga digunakan dalam metalurgi sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada kayu biasa.
2.      Pembakaran
Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan.Sebelum Revolusi Industri, arang digunakan sebagai bahan bakar industri metalurgi. Arang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Arang atau kayu dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil dan bus. Di Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943.
3.      Kegunaan dalam Seni rupa
Batang arang yang sebagai media seni rupa. Arang digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan garis sketsa yang kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal dijual dalam bentuk batangan. Arang memiliki sifat lembut, ringan, hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang dihasilkan sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun.

b.   Cat air

Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, plastik, kulit, kain, kayu, atau kanvas.
Secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. Gouache adalah medium sejenis yang tidak transparan.
Hasil karya lukisan cat air biasanya bersifat sangat ekspresif, atau sebaliknya sangat impresif, tergantung teknik yang digunakan.
Lukisan cat air dimulai dari penemuan kertas di Tiongkok sekitar 100 M. Pada abad 12 bangsa Moor memperkenalkan kertas ke Spanyol dan kemudian menyebar ke Italia beberapa dekade berikutnya. Pabrik kertas tertua terletak di Fabriano, Italia yang didirikan tahun 1276, dan Arches, Perancis pada tahun 1492.
Teknik cat air menjadi terkenal di Eropa dengan sering digunakannya teknik fresko.
Lukisan cat air tertua yang pernah ditemukan dibuat oleh Raffaello Santi yang membuat kartun-kartun untuk desain gorden. Di Jerman, Albrecht Dürer membuat lukisan cat air pada abad 15. Sekolah lukisan cat air pertama dibuka oleh Hans Bol dan sangat dipengaruhi oleh karya-karya Dürer. Pelukis cat air terkenal lainnya adalah van Dyck, Thomas Gainsborough, dan John Constable. Paul Sandby dianggap bapak lukisan cat air Inggris Raya.
1.     Bahan utama
Cat air dibuat dari pigmen halus atau serbuk warna (dye) yang dicampur dengan gum arabic sebagai bahan baku, serta gliserin atau madu untuk menambah kekentalan dan merekatkan warna ke permukaan.
2.     Teknik penggunaan
Carl Larsson, The Christmas Eve, watercolor, (1904-1905). Biasanya cat air digunakan dengan kuas lancip dan air yang berlebih, tetapi bisa pula dicampurkan dengan material lain. Biasanya akrilik atau collage. Cat air dengan campuran air berlebih menghasilkan warna yang terang dan segar. Warna ini dihasilkan oleh cahaya yang mampu menembus lapisan cat yang transparan.
Warna putih biasanya dihasilkan dari bagian-bagian yang tidak diberi lapisan cat. Sangat jarang lukisan yang sengaja memberikan lapisan putih dari cat air.
Cat warna terkenal karena butuh kesabaran yang tinggi. Teknik yang umum digunakan biasanya dihasilkan dari lapisan-lapisan yang saling ditimpakan setelah lapisan sebelumnya telah kering sehingga menghasilkan gradasi warna. Namun teknik lain wet-on-wet yang menimpakan warna di atas lapisan yang masih basah juga membutuhkan ketelitian tinggi untuk mendapatkan hasil maksimal. Resiko lainnya adalah kertas menjadi melengkung atau robek jika terlalu banyak air digunakan.
3.     Kelebihan
Cat air memiliki kelebihan tidak berbau, mudah dibersihkan, dan mudah kering.

c.   Cat minyak

Cat Minyak adalah cat yang terdiri atas partikel-partikel pigmen yang disuspensi dengan media minyak.
1.   Sejarah
Cat minyak telah digunakan di Inggris pada Abad ke 13 untuk penghiasan sederhana. Tapi sampai Abad ke-15 belum di banyak gunakan untuk hal hal artistik. Penggunaan yang paling sering digunakan saat ini adalah untuk keperluan domestik, dimana ketahanan dan warnanya yang cerah membuatnya cocok untuk digunakan pada eksterior dan interior.
Sifat cat minyak yang lama keringnya telah diketahui oleh para pelukis awal. Namun kesulitan dalam mendapatkan dan bekerja dengan at minyak membuatnya jarang digunakan. Seiring dengan naiknya minat masyrakat terhadap Realisme, cat tempera yang cepat mengering menjadi tidak cocok.
Para seniman Flanders mencampur tempera dan cat minyak pada Abad ke-15, namun pada Abad ke-17, melukis murni dengan cat minyak menjadi lumrah. Pemandangan di Delft dalam cat minyak, oleh Johannes Vermeer.
2.   Karakteristik
Campuran minyak membuat cat jenis ini memberi efek pantulan cahaya yang cemerlang. Selain itu cat cenderung menggumpal sehingga memberikan efek tekstur yang mengesankan bila diolah dengan baik.
Membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat cat ini kering dengan sempurna. Selain itu bau yang dihasilkan tidak disukai sebagian orang. Dalam kurun waktu puluhan tahun, warna yang dihasilkan akan menjadi kekuningan. Kelemahan-kelemahan ini membuat beberapa seniman berali kepada akrilik.

d.   Konte

Konte atau dalam tulisan aslinya Conté, biasanya adalah istilah yang merujuk kepada pensil dan krayon merk Conté, sebuah medium menggambar yang terbuat dari bahan dasar bubuk grafit atau arang, dicampur lilin atau tanah liat yang kemudian dikompresi. Untuk bentuk pensil, bahan ini kemudian dilapisi kayu dengan bentuk persegi. Namun bisa pula ditemui serbuk konte, yang biasanya diaplikasi ke atas kertas kasar dengan kuas lancip kering untuk memberikan warna yang bergradasi sangat halus.
Sejarah pensil dan krayon merk Conté ini ditemukan tahun 1795 oleh Nicolas-Jacques Conté, yang berusaha mengatasi masalah kekurangan grafit selama Perang Napoleon. Media ini kemudian diketahui memiliki kelebihan mudah diproduksi dalam banyak tipe kekerasan. Krayon Conté. Varian konte sanguine, digunakan oleh banyak perupa renaisans seperti Leonardo da Vinci.

e.     Krayon

Krayon adalah peralatan gambar yang dibuat dari lilin berwarna, air, dan talk atau kapur. Krayon banyak digunakan oleh anak-anak untuk menggambar, dan seniman juga menggunakannya. Salah satu merk krayon yang populer adalah Crayola.

f.     Pastel

Pastel adalah serbuk yang direkatkan dengan arabic gum dan dibentuk menjadi batangan-batangan yang rapuh. Jika digosokkan ke kertas yang cukup kasar, ikatan tersebut akan lepas dan serbuk warna akan menempel ke kertas.
1.   Sejarah
Penggunaan pastel pertama kali yang diketahui adalah oleh Leonardo da Vinci pada 1495. Maurice Quentin de La Tour dan Rosalba Carriera dari abad 18 adalah pelukis yang dikenal baik dengan teknik pastelnya. Pada abad 19, pastel dipopulerkan oleh pelukis Perancis Edgar Degas . Mary Cassatt memperkenalkan media pastel kepada rekannya di Philadelphia and Washington, hingga ke seluruh Amerika Serikat. Contoh Lukisan potret Louis XV oleh Maurice Quentin de La Tour, 1748.
Pada abad 18 medium ini populer sekali dalam lukisan potret, dan digunakan pula dengan campuran teknik gouache. Pastel juga banyak juga digabungkan dengan media lain, kecuali cat minyak.
2.   Karakteristik
Warna-warna pastel cemerlang, hampir menyamai cat minyak. Hanya saja kelemahannya adalah tidak menempel terlalu kuat. Sedikit getaran bisa merontokkan ikatan dengan kertas. Untuk itu biasanya diberikan fixative. Commercial oil pastels.
Pastel memberikan warna yang sangat kuat jika dilapiskan di atas warna komplementernya. Namun menjadi sangat lemah jika ditimpakan di atas warna analogus. Selain itu warna-warna gelap menjadi tidak kuat jika ditimpkan di atas warna terang.
Sangat sulit untuk menghapus warna pastel secara sempurna. Biasanya yang dihasilkan dengan mengesekkan penghapus di atas pastel malah efek smudge.
Untuk mengatasi kelemahan pastel kapur konvensional, dikembangkan pula pastel minyak. Pastel ini merekat kuat di berbagai media, seperti kanvas, hardboard, atau tripleks.
3.   Pelukis dengan media pastel
Pelukis Indonesia diantarannya; Sholihin, Kusnadi, Soenarto, Wardoyo, Zaini, Nashar, Mh. Ikshan, sedangkan Pelukis luar negeri adalah Leonardo da Vinci, Maurice Quentin de La Tour, Rosalba Carriera, Larry Blovits, Wende Caporale, Tim Gaydos, Daniel Greene.

g.    Kertas

Ada berbagai tipe, ukuran, dan warna kertas dengan permukaan berbeda-beda. Seperti, kertas cartridge (kertas yang halus, lembut tetapi kaku)-yang bagus untuk menggambar dengan menggunakan pensil dan pena, kertas gula (kertas yang kasar) yang cocok untuk menggambar dengan menggunakan pastel, kapur, krayon, dan arang. Hasil gambar pada kertas bergantung pada jenis kertas yang digunakan, diantaranya, kertas HVS/Cetak, kertas gambar, kertas asturo, kertas kalkir, kertas karton, kertas duplek, dan kertas padalarang.

h.     Kanvas

Sifat kanvas adalah bidang datar dan lentur, tidak meresap cat dan bebas tarikan (tidak molor/bergelombang). Kanvas adalah salah satu bahan melukis yang umum digunakan sebagai media gambar dengan menggunakan cat minyak dilapisi cat warna putih. Selain kanvas yang terbuat dari kain khusus, seorang pelukis juga kerap menggunakan media lain, seperti tembok. Kanvas lukis tersedia di toko dalam bentuk meteran maupun dalam bentuk yang sudah dibingkai. Besarnya bingkai juga bermacam-macam. Disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan si pelukis.
i.      Tinta bak (OI) yaitu tinta cina atau tinta hitam, yang dipilih yaitu yang tidak luntur.

2.    Peralatan melukis

Sebagian orang awam, mungkin hanya mengenal beberapa bahan dan alat melukis seperti kuas dan kanvas. Padahal banyak peralatan melukis yang sering digunakan untuk melukis.
Ada bahan dan peralatan yang wajib dimiliki seperti cat dan kanvas. Namun adapula yang hanya berfungsi sebagai pelengkap seperti kuas, tidak semua pelukis menggunakan kuas sebagai alat untuk menorehkan cat di kanvas. Beberapa pelukis bahkan menggunakan jari atau anggota tubuh lainnya sebagai alat untuk melukis. Secara umum, peralatan melukis yang kerap digunakan antara lain:
1.  Pensil
Ada tiga jenis pensil yang dibutuhkan dalam menggambar, yaitu, 1). 2H (pensil tebal untuk membuat garis-garis tajam dan detail); 2) HB (pensil setengah tebal, untuk membuat sketsa); 3) 2B (pensil tipis digunakan untuk menggambar garis bantu dan membuat bayangan). Selain tiga jenis pensil diatas ada jenis pensil yaitu 4B sampai 8B yang sangat tipis digunakan untuk membuat bayangan lebih gelap
2.  Penghapus/stip
Penghapus bukan hanya berfungsi untuk menghapus, melainkan juga dapat digunakan untuk membuat highlights (kesan terang yang berlebihan karena cahaya) pada gambar.
3.    Pena (Drawing Pen) dan Spidol
Alat ini bagus digunakan untuk membuat garis hitam yang kuat/jelas/detail pada bagian-bagian gambar. Ada berbagai ukuran pena yang dibutuhkan dalam menggambar, baik pena yang berukuran tebal maupun tipis. Jenis-jenis pena antara lain ; pena gambar, atopen, redis, trepena, rapido, ballpoint, dan pena rembers.
4.  Kuas Lukis
Kuas digunakan sebagai salah satu alat bantu menorehkan cat di kanvas. Ukuran kuas lukis bermacam-macam. Demikian pula bahan kuas dan pegangannya. Seorang pelukis dapat memilih kuas sesuai ukuran yang diperlukan. Kuas yang besar biasa digunakan untuk mewarnai bidang yang besar. Sebaliknya untuk bagian detil seperti benang sari bunga, tepi helaian kelopak daun atau bulu mata obyek manusia, digunakan kuas berukuran kecil. Jenis-jenis kuas antara lain, kuas cat air (pagoda/eterna), kuas tinta (mopik), dan kuas cat kayu
5.  Palet
Palet adalah peralatan melukis bantu yang sering digunakan pelukis sebagai tempat untuk meletakkan cat, mencampur warna dan mengencerkan cat minyak. Ada berbagai jenis bentuk palet dan bahannya. Ada yang terbuat dari kayu maupun plastik.
6.  Pisau Palet
Ada pula pelukis yang menggunakan pisau palet sebagai pengganti kuas untuk melukis. Ukuran pisau palet juga bermacam-macam.
7.  Standing/ Easel
Alat ini digunakan untuk meletakkan kanvas sehingga memudahkan pelukis saat melukis. Terdapat baut untuk menyetel posisi nyaman bagi pelukis. Tentu saja untuk bidang gambar yang besar, alat ini tidak bisa digunakan. Bahan pembuatannya pun macam-macam, namun umumnya terbuat dari kayu. Selain easel pelukis pemula biasa menggunggakan meja gambar yang terbuat dari rangkain kayu dan besi kawat.
8.  Alat Bantu Peralatan Melukis Lainnya
Selain peralatan melukis seperti disebutkan di atas, masih banyak alat bantu yang sering digunakan untuk melukis. Misalnya, wadah cat, kursi lukis, lap, garisan, jangka dan lain-lain.

B.     Teknik Melukis

Melukis memiliki aliran-aliran tertentu yang menjadi pakem bagi sang pelukis. Namun teknik melukis tidak terlalu banyak. Karena pada dasarnya semua aliran memakai teknik melukis yang sama.
Di antara teknik-teknik melukis sederhana yang Anda ketahui  seperti teknik sapuan kuas di atas kanvas, dan spray. Ada juga teknik dengan pemakaian palet atau alat bantu melukis yang berupa sendok besi tipis untuk menyapukan cat di atas media.
Secara garis besarnya seni melukis dibagi dalam dua teknik utama. Yakni teknik basah dan teknik kering.
  • Teknik Basah, adalah teknik melukis dengan menggunakan media lukisan berupa kanvas serta menggunakan cat air maupun cat minyak.
  • Teknik Kering adalah teknik melukis dengan memakai media selain kanvas, bisa berupa media varian lain seperti : tembok, board (papan iklan) mobil ataupun di atas selembar t-shirt.
Selain teknik yang disebutkan diatas ada juga beberapa teknik melukis yang berkembang berdasarkan corak dan gaya seni lukis yang dipilih, antara lain sebagai berikut : teknik plakat (warna tebal), teknik transparan (warna tipis), teknik bertekstur (warna tebal dan bertekstur, teknik goresan ekspresif dengan jari atau palet, teknik lukisan timbul (berdimensi tiga warna dengan pasta).

DAFTAR PUSTAKA

*      Deri Robins. 2007. Belajar Melukis. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
*      Deri Robins. 2007. Menggambar dan Membuat Sketsa. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
*      Isnu Murdewa, S.Pd, Drs. Sigit Purwana. 2006. Melukis itu mudah. Klaten: PT Intan Pariwara.
*      Martono. 2008. Ketrampilan Praktis untuk SMP dan MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
*      Id.wikipedia.com
*      Artkimianto.blogspot.com
*      Tiyapoenya.blogspot.com
*      www.anneahira.com
*      id.pustaka ifan.blogspot.com
*      senirupapgsd.blogspot.com
*      khanzaku.wordpress.com
*      andysenibudaya.blogspot.com

Posting Komentar untuk "SENI LUKIS"