Hikmah Dibalik Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat
Hikmah Waktu dan
Jumlah Rakaat Shalat
Shalat, sebagai salah satu rukun Islam, tidak hanya merupakan
kewajiban ibadah, tetapi juga sebuah momen mendalam untuk berkomunikasi dengan
Sang Pencipta. Dalam setiap rakaat dan pada setiap waktu yang telah ditentukan,
tersembunyi berbagai hikmah yang memperkaya kehidupan spiritual setiap Muslim.
Melalui shalat, umat Islam diajak untuk merenungkan makna waktu dan jumlah
rakaat sebagai bagian tak terpisahkan dari ibadah yang luhur.
Shalat merupakan shalat satu kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh umat Islam. Dari waktu 24 jam dalam satu hari satu malam, umat Islam hanya
diminta melaksanakan shalat 5 kali, yaitu shalat Subuh, Dzuhur, Asar, Maghrib,
dan Isya. Masing-masing shalat tersebut sudah ditentukan waktu dan jumlah
rakaatnya.
Shalat bukan hanya sekadar ritual ibadah, tetapi juga merupakan
pembelajaran spiritual yang mendalam. Dalam setiap detik shalat, umat Islam
diajarkan untuk merenung, mensyukuri, dan memohon ampunan kepada Sang Maha
Pengampun. Melalui waktu dan jumlah rakaat yang telah ditentukan, shalat
mengajarkan kesabaran, ketabahan, dan rasa syukur, menjadikan setiap momen
sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan antara hamba dan Tuhannya.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Sullam al-Munajah (Surabaya:
Al-Haramain, tanpa tahun), halaman 12, menjelaskan bahwa ada hikmah di balik
penentuan waktu shalat dan hitungan jumlah rakaat yang ada di dalamnya. Semua
itu tidak lepas dari beberapa peristiwa penting yang terjadi pada nabi-nabi
terdahulu.
Tidak lama kemudian, terbitlah fajar yang menghilangkan
kekhawatiran dan rasa takut Nabi Adam. Di saat itu pula Nabi Adam melakukan
shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur. Rakaat pertama bersyukur kepada Allah
karena telah diselamatkan dari gelapnya malam tersebut, sedangkan rakaat kedua
sebagai bentuk syukur karena terbitnya fajar yang bisa menerangi bumi dan
seisinya.
Atas kejadian itu, Nabi Ibrahim kemudian menunaikan shalat
sebanyak empat rakaat. Rakaat pertama sebagai bentuk syukur kepada Allah karena
telah mengganti Ismail dengan domba untuk disembelih, rakaat kedua sebagai
syukur atas hilangnya kesedihannya pada anaknya, rakaat ketiga sebagai bentuk
permohonan ridha kepada Allah atas kejadian tersebut, dan rakaat yang keempat
sebagai syukur atas karunia nikmat yang telah Allah berikan, yaitu berupa domba
dari surga.
Empat rakaat shalat ashar yang dilaksanakan Nabi Yunus sebagai
bentuk syukur kepada Allah atas keselamatan dirinya dari empat kegelapan,
yaitu: (1) kegelapan dalam isi perut ikan; (2) kegelapan berada di dalam air;
(3) kegelapan di malam hari; dan (4) kegelapan dalam perut ikan itu sendiri.
Rakaat pertama sebagai bentuk kemantapan aqidah (tauhid) bahwa
tidak ada tuhan selain Allah, rakaat kedua untuk menghilangkan tuduhan kaumnya
yang mengatakan bahwa Nabi Isa merupakan hasil anak zina ibunya (Sayyidah
Maryam) dengan orang lain, sedangkan rakaat yang ketiga untuk memantapkan
keyakinan bahwa semua kejadian yang menimpanya merupakan ketetapan dari Allah.
Ketika Nabi Musa ditimpa oleh berbagai kesedihan tersebut,
akhirnya Allah menolong dan menyelamatkan dari 4 kesedihan tersebut. Kemudian
ia melakukan shalat sebanyak empat rakaat, sebagai bentuk syukur kepada Allah
atas pertolongan tersebut. Kejadian ini tepat pada waktu isya.
Itulah hikmah yang terkandung di balik ketentuan waktu dan
jumlah rakaat dalam shalat fardhu 5 waktu. Dalam kesibukan dunia modern,
shalat tidak hanya menjadi kewajiban ibadah, tetapi juga pelajaran hidup yang
penuh hikmah. Waktu dan jumlah rakaat shalat mengingatkan kita pada pentingnya
merenung dan bersyukur dalam setiap detik kehidupan. Melalui shalat, umat Islam
diajak untuk menghayati keagungan waktu dan menyadari bahwa setiap gerakan
dalam shalat memiliki makna mendalam yang mengajarkan nilai-nilai luhur. Wallâhu a‘lam.
Posting Komentar untuk "Hikmah Dibalik Waktu dan Jumlah Rakaat Shalat"